Selasa, 31 Oktober 2017

Aku Ingin Jadi Petani (catatan perjalanan Study visual 1)

SDIT Ulul Albab Tarakan Melaksanakan kegiatan  Study visual pada bulan oktober lalu diberbagai tempat di kota Tarakan. Study visual ini bertujan agar siswa dapat melihat langsung berbagai profesi serta mengali informasi dari berbagai tempat yang dikunjungi.

kegitan study visual ini diikuti seluruh siswa dari kelas 1-6. Dalam kegitan ini siswa dan siswi dibawah untuk mengunjungi berbagai tempat diantaranya Balai Adat tidung, Kebun sayur, dan Sawah.

Di balai adat tidung siswa belajar mengenal lebih dekat sejarah budaya adat tidung. dalam kesempatan tersebut pak Ujang selaku juru bicara balai adat tidung memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada SDIT ulul Albab Tarakan yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari budaya adat tidung.


Di Sawah  percontohan siswa diajari cara membuat pupuk organik serta siswa belajar. dalam kesempatan siswa SDIT dibersamai oleh pak Syarif petani yang memiliki segudang prestasi yang telah belajar keberbagai daerah termasuk pernah belajar ke Arab Saudi. Pak Syarif menyampaikan harapan kepada siswa dan siswi SDIT Ulul Abab agar tidak memandang sebelah mata profesi petani, beliau juga megajak agar siswa dan siswi punya cita-cita sebagai seorang petani. 

by : Humas SDIT Ulul Abab Tarakan


Minggu, 01 Oktober 2017

Karena Maling Juga Capek, So.... Enjoy Aja!


oleh : Ustadzah Salmiati, S.Pd

Mengawali materi tentang RPP TERPADU, Ustad Suhartono, M.Pd selaku narasumber bertanya “siapa yang menyuruh guru untuk membuat RPP? ada yang menjawab Kepala Sekolah, Kurikulum, Yayasan,dan lain-lain

Di dalam undang-undang No 14 tahun 2005  pasal 20, termaktub dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a.) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akadernik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 

Jelas sekali bahwa undang-undanglah yang menyuruh guru untuk membuat RPP bukan  Kepala Sekolah apalagi Kurikulum, hehehe ..... seketika terbayang oleh kami betapa capek dan lelahnya ya menjadi guru.... mesti buat RPP dan RPPnya mesti TERPADU lagi! kata beliau yang seolah-olah tahu isi kepala kami  “ Capek ya buat buat RPP , mesti TERPADU lagi ya ?” “ bangeeettttt ustad, hiks....hikss” jawab kami serentak. Beliau lalu berkata “ Ustad-ustdazah .... maling sekalipun itu capek dalam melaksanakan aksi kejahatannya, iya kan ? sebelum melakukan pencurian si maling mengobeservasi dulu target rumah yang akan di sasar, memperhatikan mesti lewat jendela yang mana? pintu yang mana yang aman? jam berapa kosongnya rumah ini?, dll bahkan si maling bukan tidak tahu resiko yang akan dialaminya, bisa babak belur atau mati digebukin masa kalau-kalau tertangkap... jadi pada dasarnya melakukan kemaksiatanpun itu melelahkan....tapi kita ? guru-guru SIT yang mengenal konsep bekerja adalah ibadah, maka yakinlah bahwa capeknya kita itu berpahala, InsyaAllah”
 
“In ahsantum ahsantum li anfusikum. wa in asa'tum fa lahaa..” (Qs. 17: 7)
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…”

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Yaa Robb jadikan peluh & letih kami berpahala, jadikan ini (sebab kasih sayang dan kemurahanMu) sebagai sebab kami bisa masuk kedalam JannahMU, Aamiin !

Jumat, 22 September 2017

Sejak SD sudah Belajar "Menaksir"

Ada sesuatu yang menarik terjadi di SDIT hari (23/09/2017) siswa yang tergabung dalam Pramuka Sekolah Islam Terpadu mengelar latihan Menaksir Tinggi tiang tampa mengunakan Meteran atau dikenal dengan istilah mengukur tinggi tiang dengan metode kesebanguna segitiga. 

kegiatan ini bertujuan melatih siswa agar memiliki keterampilan dalam meghitung tinggi benda tampa mengunakan alat ukur. semoga kedepan siswa yang tergabung dalam Pramuka SIT Ulul Albab mampu mengimplementasikan ilmu yang telah diajarkan oleh kaka pembina dalam menghadapi situasi-situasi sulit ujar Kaka Husnaidi.
 
ada beberapa kaka pembina yang terlibat dalam melatih siswa diantarannya kaka Desi, Kaka Ahmad, Kaka Arumi, kaka Calvin, kaka Rahma, dan Kaka Wahyu.

Siswa sangat Antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. masing-masing regu saling berlomba menunjukan keakuratan hitungan mereka.kegiatan ini diikuti 8 regu yang terdiri dari 4 regu siswa laki-laki,







Jumat, 15 September 2017

Setelah Polisi Giliran dokter Mengunjungi SDIT Ulul Albab


Hari ini SDIT Ulul Albab dikunjungi dr Sigit Wahyu, Sp. A dari RSUD Tarakan. Beliau mengunjungi SDIT dalam rangka memenuhi Undangan Sekolah pada Program "Aku Ingin Menjadi". Program ini bertujuan untuk menghadirkan semua Profesi yang menjadi cita-cita kebanyakan siswa agar mampu memantapkan hati untuk mengapai cita-citanya.

Sebelumnya juga sudah pernah hadir Polisi Lalu Lintas yang menyampaikan tetang suka duka menjadi polisi dan Pengetahuan tetang lalu lintas. Seluruh siswa sangat antusias mendengarkan materi yang disampaikan oleh pak Polisi.

Dalam kesempatan ini dr Sigit Wahyu, Sp. A selain menjelaskan tentang profesi dokter beliau juga menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan dengan cara memilih makanan yang baik dan bergizi, serta siswa diharapkan tidak jajan sembarangan agar terhindar dari berbagai penyakit. 

dr Sigit Wahyu Sp. A yang juga selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia ( menawarkan siswa untuk bisa mengikuti program "dr kecil" yang nantinya akan diajarkan dasar-dasar P3K (Pertolongan Pertama Pada kecelakaan)


 

Jumat, 08 September 2017

Rp 37.071.000 dari SDIT Ulul Albab Untuk Rohingya

Sebagai bentuk kepedulian terhadap muslim Rohigya SDIT Ulul Albab mengadakan pengalangan dana mulai Rabu 6/9/2017 sampai dengan sabtu 9/9/2017. Pengalangan dana ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian seluruh siswa dan siswi terhadap penderitaan yang dialami pengungsi Rohingya 

Seluruh siswa sangat bersemangat dalam menggalang dana kemanusian peduli Rohingya. beberapa siswa rela *mencongkel isi tabungan mereka untuk membantu pengungsi rohingya. tidak sampai disitu salah seorang siswa menyampaikan kepada seorang guru bahwa orangtuanya menitipkan cicin untuk dijual kemudian hasil penjualanya disumbangkan ke Rohingya.

Tidak kentinggalan siswa yang tergabung dalam Taekwondo SDIT Ulul Albab juga ikut mengalang dana. mereka menceritakan bahwa mereka sangat peduli dengan muslim di Rohingya sehingga membantu muslim Rohingya menjadi kewajiban. 

Tragedi yang terjadi terhadap Muslim Rohingya di Myanmar adalah tragedi kemanusian, sehingga tidak perlu mejadi muslim untuk membantu Rohingya cukup hanya menjadi Manusia kata Bahar Mahmud Humas SDIT Ulul Albab 

Sampai Hari ini sabtu (9/9/2017) dana yang terkumpul untuk Rohingya sebesar Rp  37.071.000 (Tiga Puluh Tujuh Juta Tujuh Puluh Satu Ribu Rupiah). Dana ini akan disalurkan melalui PKPU Human Initiative NGO Kemanusiaan



Jumat, 11 Agustus 2017

Literasi Ala SDIT Ulul Albab Tarakan

Budaya literasi mulai diseriusi oleh SDIT Ulul Albab sebagai upaya menumbuhkan semangat membaca bagi siswa dan siswi SDIT Ulul Albab Tarakan.

 Ustadazah Salmiati selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengatakan "Budaya literasi mulai kita terapkan di SDIT Ulul Albab Tarakan tahun ini sebagai salah satu program unggulan".

 "diharapkan dengan budaya literasi ini siswa dan siswi SDIT Ulul Albab Tarakan mampu menumbukan semangat membaca". lanjut Ustadzah Salmiati

"Setiap hari kecuali Senin dan Sabtu ada jam-jam khusus siswa dan siswi diwajibkan membaca buku". Sambung Ustazah Salmiati


Sabtu, 29 Juli 2017

ARAHAN DEWAN PEMBINA JSIT INDONESIA

Dr Fahmi Alaydrus, S. Psi., M.Ed., M. Eng.

(وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا)
[Surat An-Nisa' 9]

Hendaklah ayat ini selalu terngiang dlm telinga aktifis dakwah berbasis pendidikan utk selalu bersemangat mendidik, mengajarkan Al quran & mensucikan jiwa sbg kelanjutan misi besar para rasul.

1. istijabah rabbaniyah (respon rabbani)  utk melanjutkan estafet dakwah para rasul
2. berupaya mengulang sejarah keemasan Islam Tidak ada jalan lain bagi kaum muslimin utk kembali bangkit kecuali dg jalan yg rabbani.

Palestina adalah pusat peradaban kita, krn dr situlah Rasul menerima perintah yg mulia.  Kecintaan dan pembelaan kita thdp Palestina tdk boleh mengalahkan kecintaan kita kpd negeri Indonesia. Negeri ini warisan para ulama, maka kitalah yg paling berhak utk cinta & berjuang demi kejayaan negeri ini.

Pembelaan trhdp Palestina karena didasari UUD 1945 yg menolak penjajahan di atas dunia.

Fitnah zaman anak2 kita melalui berbagai macam keburukan (terutama narkoba & pornografi) menjadikan dakwah berbasis pendidikan ini menghadapi tantangan yg sangat hebat.

orientasi SIT adlh "waj'alna lil muttaqina imama (dan jadikanlah kami pemimpin bagi org2 muttaqin"

tidak bisa tidak, pengelola, kepala sekolah, guru, pelatih, konsultan untuk menjadi :

1. Qudwah (panutan)
2. Jiddiyyah (sungguh-sungguh)
3. Meningkatkan kualitas diri agar proses pendidikan kita efektif
4. Amal jama'i (mampu bekerja sama & membuat jaringan yg baik)

alhamdulillah sejak 2003 dideklarasikan SIT berkembang pesat. Tidak ada niat lain utk mengembangkan pendidikan ini kecuali dlm rangka melahirkan generasi rabbani


Tetaplah istiqomah dan bersabar dalam menjalankan amanah ini.

Lombok, 27 Juli 2017
Munas JSIT Indonesia IV

Jumat, 28 Juli 2017

Rp 29.589.800,00 dari SDIT Ulul Albab Tarakan Untuk Palestina

Alhamdulillah...Dana kemanusian peduli palestina terkumpul selama 2 hari ini( selasa- Sabtu, 25 sd 29 juli 2017). Sebesar Rp 29.589.800,00 + 1 buah gelang emas. Insya Allah dana ini akan langsung disalurkan oleh JSIT pusat kepada saudara kita di bumi Palestina.

Terima Kasih Kepada Seluruh Orang tua Siswa/ Siswi SDIT Ulul Albab Tarakan atas Donasi yang diberikan semoga dana yang terkumpul ini memberikan manfaat kepada saudara-saudara kita di Palestina.
 


SDIT ULUL ALBAB TARAKAN :SELAMAT & SUKSES MUNAS 4 JSIT

SDIT Ulul Albab Tarakan mengirim 3 Perwakilan dalam Musyawarah Nasional Jaringan Sekolah Islam Terpadu ke 4 yang diselengarakan di lombok(NTB) 27-30 Juli 2017.

Kepala Sekolah SDIT Ulul albab Tarakan mengucapkan "Selamat dan Sukses MUNAS  4 JSIT"

Kepala Sekolah SDIT Ulul Albab Tarakan Mengharapkan kepada 3 Perwakilan (Ustadz Syarif, Ustadzah Asni, dan Ustadzah Siti) yang mengikuti MUNAS ke 4 JSIT bisa berbagi semangat dan ilmu yang di dapat selama berada disana.

Redasi by Humas SDIT Ulul Albab Tarakam

Kamis, 13 Juli 2017

Berbaris,Bedoa,Berinfaq Mengawali pagi

 Siswa SDIT di dampingi Ustadzah Berbaris,dan mengucapkan janji pelajar Islam di depan kelas.










Siswa berdoa sembelum memuliai aktivitas belajar
                                 siswa siswi berifaq pagi




                                                                    



Rabu, 12 Juli 2017

Halal Bi Halal SDIT




Shalat DUHA Mengawali Pagi

Siswa SDIT Ulul Albab mengawali pagi dengan shalat Duha berjamah sebagai sarana pembelajaran bagi siswa dan siswi dalam meningkatkan ketaqwaan Kepada Allah SWT




Salah Diagnosis, Salah Obat

Syamsuddin Arfah

“Oleh sebab wujudmu belum masak, Kau menjadi hina terlempar. Oleh sebab tubuhmu lunak, Kaupun dibakar orang, Jauhilah ketakutan, duka dan musuh hati, Jadilah kuat seperti batu. jadilah intan.” (Dr. moh. Iqbal)

Pada 17 agustus 1951, hanya 6 tahun setelah kemerdekaan RI, M. Natsir melalui sebuah artikelnya yang berjudul: “Jangan berhenti tangan mendayung, Nanti Arus membawa Hanyut”.

“ Dahulu mereka girang gembira, sekalipun hartanya habis, rumahnya terbakar, dan anaknya tewas dimedan pertempuran, kini mereka muram dan kecewa sekalipun telah hidup dalam satu Negara yang merdeka, yang mereka inginkan dan cita-citakan sejak berpuluh dan beratus tahun yang lampau…semua orang menghitung pengorbanannya, dan minta dihargai…sekarang timbul penyakit bakhil. Bakhil keringat, bakhil waktu dan merajalela sifat serakah….tak ada semangat dan keinginan untuk memperbaikinya. Orang sudah mencari untuk dirinya sendiri, bukan mencari diluar dari dirinya…”

M.Natsir melanjutkan:

“Dinegara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan itu merupakan gejala baru, tidak kita jumpai pada masa revolusi, dan bahkan pada masa orde lama (kecuali sebagian kecil elite masyarakat). Tetapi gejala yang “baru” ini, akhir-akhir ini terasa amat pesat perkembangannya, sehingga sudah menjadi wabah dalam masyarakat. Jika wabah ini dibiarkan berkembang  terus malah bukan saja umat Islam akan dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di spanyol’, tetapi  bagi bangsa kita pada umumnya akan menghadapi persoalan social yang cukup serius,”.

Menurut Buya Hamka, seorang dihargai karena pribadinya:

“Dua puluh ekor kerbau pedati, yang sama gemuknya dan sama kuatnya, sama pula kepandaiannya menghela pedati, tentu harganya tidak pula berlebih kurang. Tetapi 20 orang manusia yang sama tingginya, sama kuatnya, belum tentu sama “harganya”, sebab bagi kerbau tubuhnya yang berharga. Bagi manusia, pribadinya. Berilmu saja, walaupun bagaimana ahlinya dalam suatu jurusan, belum tentu berharga, belum tentu beroleh kekayaan dalam hidup, kalau sekiranya bahan pribadinya yang lain tidak lengkap, tidak kuat, terutama budi dan akhlak.”

Beberapa waktu yang lalu kita mendengarkan  kebijakan yang digulirkan dari Kementerian Pendidikan tentang “wacana” hari belajar 5 hari dalam sepekan. Serta akan dianulirnya pendidikan agama, walaupun kebijakan ini dalam bentuk wacana tidak jadi diterapkan tetapi tentang ingin dihilangkannya pendidikan agama pada sekolah, membuat kita mengelus dada. Muhadjir Effendy dalam rapat kerja dengan komisi X DPR RI di Jakarta, Selasa (13/6/17), dilansir Tribunnews.com mengatakan: “meski meniadakan pelajaran agama di kelas, sekolah masih bisa memberikan pendidikan agama dengan mengajak siswa ke rumah ibadah. Alternatif lain adalah mendatangkan guru madrasah ke sekolah”.

Pendidikan agama di sekolah terlebih pada sekolah umum, bukan saja pada sedikitnya jam yang tersedia untuk pelajaran agama, sehingga tidak memadai untuk memahami komprehensif serta universalnya ajaran agama pada kehidupan, dua jam pelajaran terlalu kecil untuk bisa mengetahui lebih dalam pendidikan agama yang begitu luas, apalagi agama sebagai  acuan pembentukan karakter, moral dan adab bagi anak didik atau siswa.

Problem lain adalah terjadi dikotomi antara ilmu umum dan ilmu agama, padahal dalam filsafat pendidikan Islam, sumber ilmu itu  dari Allah, yang diturunkan kepada manusia sebagai modal menjalankan kekholifahan di muka bumi ini, memisahkan agama dari ilmu itu sebagai penyebab kerusakan dan kehancuran. Pemisahan pendidikan agama dengan pendidikan umum itu menunjukan terjadinya liberalisasi dalam pemikiran, konsep dan aktivitas kehidupan kita.

Berbicara tentang pendidikan agama di sekolah, tentu tidak terlepas kita membahas tentang “guru agama” sebagai ujung tombak penyampai ajaran agama ini kepada siswa di sekolah, hal yang harus diperkuat bagi seorang guru adalah pada keilmuan serta pada wawasan keagamaannya, jika keilmuan seorang guru “dalam”, serta wawasannya terhadap agama dan pengetahuan yang lain juga “luas”, hal itu akan membantu siswa untuk bisa mengkorelasikan antara ilmu dan amal, mengintegrasikan antara ranah  konsep dan wilayah praktek, menjembatani antara antara Islam yang rahmah dan umat Islam yang ramah, atau lagi yang saya anggap penting ketika berbicara atau membahas tentang guru agama adalah, pada performa (penampilan) yang elegant, indah dan rapi dalam pandangan mata, serta menampilkan simat (identitas) keislaman dan keteladanan. Jika hal ini dimiliki oleh guru agama, tentu akan menjadi pesona serta magnet yang besar bagi siswa, hal itu akan memunculkan minat dan keinginannya dalam mendalami agama.

Ketika aspek guru agama ini sudah diperkuat, lalu kita masuk untuk menganalisa pada buku-buku pelajaran agama baik tingkat SD, SLTP, SLTA serta Perguruan Tinggi, akan kita dapati kurikulum yang simple dan sangat sederhana, tentu kurikulum ini tidak akan mencukupkan kepada siswa terhadap kebutuhan keberagamaan mereka, maka langkah selanjutnya adalah membenahi kurikulum pendidikan agama di sekolah. 

Pendidikan agama bagi kehidupan agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia.

 Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak, sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat dibutuhkan agama oleh manusia. Tidak saja dimasa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi juga dizaman modern sekarang sewaktu ilmu dan tekhnologi telah demikian berkembang maju dan pesat.

Agama merupakan sumber moral manusia sangatlah memerlukan akhlak atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah kemestian hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlh berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.

Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan Negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah machiafellisme. Machiafellisme adalah doktrin Machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.”

Achmad Syauqi, 1868-1932 seorang penyair arab mengatakan

 “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lemah akan lenyap pulalah bangsa itu”.

Dalam kehidupan sering kali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan.”kemajuan ilmu dan tekhnologi mendorong manusia pada kebiadapan”.

Demikian dikatakan oleh  Prof. Dr. Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling teguh. Nabi Muhammad Saw diutus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Baru saja kita mengelus dada dari kebijakan seorang Menteri Pendidikan, muncul lagi keinginan dari Kementerian Pendidikan untuk mengawasi “Rohis” (bimbingan rohani Islam) di sekolah-sekolah, dengan alasan untuk meminimalkan masuknya paham-paham radikal di sekolah-sekolah, yang ditenggarai sebagai pintu masuk paham radikalisme yang menjadikan obyek dan sasarannya adalah para siswa, apa benar analisa kementerian pendidikan tersebut diatas?. Jangan sampai salah analisis, salah mendiagnosis maka salah juga memberikan obat dan terapy. Rohis adalah kegiatan ekstra kurikuler selain sebagai sarana tambahan bagi siswa dan sekolah untuk menambah pelajaran agama, yang jam pelajarannya dianggap sangat kurang. Rohis juga sebagai sarana untuk praktek terhadap amaliyah agama dan juga meningkatkan spiritual siswa. Lalu apa yang harus dilakukan oleh sekolah terhadap Rohis ini, sekalian melegitimasi dan melegalkan keberadaannya, serta   menjadikan “Islamic worldview” (memberikan pemahaman Islam yang benar sesuai syariat berdasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dan memunculkan paradigma “Islam yang rahmah dan ramah”).

Setali tiga uang, Prof Muh Nasir (Menristek Dikti) mengatakan: bahwa para mahasiswa wajib terlebih dahulu menimba ilmu pengetahuan sains dan tekhnologi dibandingkan ilmu pengetahuan agama.

“Di semester awal, saya himbau kepada seluruh rector se-Indonesia untuk mengenalkan terlebih dahulu pengetahuan sains dan tekhnologi."

 Sementara mata kuliah agama diberikan di semester-semester akhir saja, karena itu tidak terlalu penting, “ujarnya. Hal itu di sampaikan pada kehadiran dalam Deklarasi Anti Radikalisme.

Salah satu tugas Pendidikan Tinggi yang penting adalah melakukan penguatan terhadap metode dan system keilmuan Islam. Dan pada saat yang sama melakukan kajian yang serius terhadap pemikiran-pemikiran Islam, untuk diletakkan dan dinilai dalam perspektif Islamic Worldview.

Kecenderungan memisahkan ilmu dari amal dalam study Islam, serta mendikotomikan antara ilmu umum dan ilmu agama adalah laksana jasad tanpa ruh, berjalan dikegelapan tanpa pelita, menjadikan ilmuan yang cerdas tapi licik. Hal itu sangat jauh dari falsafah para pendiri bangsa dalam menetapkan tujuan pendidikan dan peradaban di Negara Indonesia. Jangan digiring pada opini yang tidak mendasar, ketakutan akan radikalisme yang masuk pada pelajar dan mahasiswa, lalu salah dalam mendiagnosis maka dipastikan salah juga memberi obat.

Allahu a’lamu bis-shawab.